Biografi imam syafi'i lengkap
Biografi dan sejarah Imam syafii Lengkap, baiklah pemirsa rincinkitab.blogspot.com lumayan lama vakum untuk mengisi artikel di blog rincian kitab ini, dan kali ini akan saya bagikan tentang Biografi serta Sejarah perjalanan hidup Imam Syafii.
Sedangkan Silsilah dari arah ibunya ialah: Muhamad bin Fatimah binti Abdillah bin Al Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Tholib. Nasabnya muttasil dengan nasab Nabi Muhammad SAW. pada kakeknya yang bernama abdul manaf. Nasab Imam Syafii dengan golongan para sahabat Nabi baik dari ayah atau ibunya hanya tiga tingkat.
Dari arah ayahnya Imam syafii Masih keturunan Bani Mutholib, Dari arah ibunya masih keturunan Bani hasyim bila khusus dari ibunya, imam Syafii keturunan dari Bani Azzah.
Beliau menggunakan nama Assyafi'i (nama kakeknya) untuk dirinya tidak menggunakan nama ayahnya atau dirinya karena nama Syafii Adalah nama di yang termulia dan paling populer dalam deretan silsilahnya.
Menurut sebuah riwayat Tatkala ibunda Imam Syafi'i mengandung, dia bermimpi, Pada suatu malam seakan-akan melihat bintang musytara keluar dari perutnya lalu melambung Ke udara sangat tinggi sekali, kemudian beberapa Bagian dari bintang itu Jatuh kembali meninpa suatu negeri lalu menyinarinya.
Di pagi harinya bersegeralah ia memberitahukan impiannya dan menanyakan arti impiannya ditunjukan kepada ahli ta'wil mimpi, Maka mereka memberitahukan kepadanya bahwa ia akan melahirkan anak laki-laki yang ilmu pengetahuannya memenuhi penjuru dunia.
Imam Syafii melepaskan masa lajangnya dengan mempersunting dara ayu dari negeri Yaman saat diminta oleh wali Yaman menjadi Qodli pada usia 29 tahun. Dara ayu yang dipersunting imam Syafii bernama Sayidan Hamidah binti nafi' bin Abasah bin Amrin bin Utsman bin Affan. Dari perkawinan itu dikaruniai 4 orang anak, dua laki-laki, dua perempuan.
Putra sulungnya bernarna Abu Utsman Muhamad bin Muhamad bin ldris yang dalam sejarah hidupnya pernah menjadi Qodli di kota Halbi tempat Imam Ibnu Malik pengarang nadzom Al fiyah belajar. Adiknya bernama Al Hasan bin Muhammad bin Idris wafat sewaktu masih kecil dan dua putri beliau bernama Fatimah dan Zainab.
Beliau lahir di Kota Ghazzah (Gaza) wilayah Asqolan yang terletak dekat lautan putih (laut mati) sebelah tengah Palestina ( Syam) ada yang berpendapat beliau lahir di asqalan tempat kelahiran Ibnu Hajar al-asqalani Pengarang kitab bulughul marom. Yang berpendapat di kota mina l, tatapi yang mu'tamad (dapat dijadikan pedoman) pendapat pertama sedangkan dua pendapat lainnya adalah dlo'if
kota ghazzah atau gaza sebenarnya bukanlah tempat kediaman kedua orang tuanya karena kedua orang tuanya asli berdomisili di Kota Mekah tepatnya di daerah hijaz. sehubungan dengan acara kunjungan kepada family yang ada di Kota Gaza dan bersamaan itu pula Ayahandanya wafat dan dimakamkan di sana juga, sedangkan Imam Syafi'i saat itu masih dalam kandungan ibunya.
sejak beliau masih kecil suka mendengarkan keterangan para ulama dan mencatatnya di tulang-belulang, kulit atau sobekan kertas yang tidak dipakai sehingga tulisan tersebut memenuhi bilik kamarnya kemudian dihafalkan nya sampai tuntas di luar kepala dengan lancar.
hal itu dilakukan Imam Syafi'i karena keterbatasan uang untuk membeli alat tulis menulis. Meskipun demikian semangatnya dalam menuntut ilmu tidak pernah surut dan justru merupakan kebahagiaan tersendiri baginya.
Hal ini beliau utarakan dalam sebuah maqolah " Ma aflakha fi al-'ilmi illa man tholabahu fi al-qillah" yang artinya "tiada kebahagiaan sama sekali dalam menuntut ilmu Kecuali mereka yang ketika belajar dalam kondisi serba kekurangan.
Berkat hasrat (himmah) nya yang luar biasa dalam mencari ilmu serta rasa percaya diri disertai sikap tawakkal kepada Allah telah membentuk Imam Syafii menjadi pengahafal yang luar biasa. Tidak satupun permasalahan yang didengar kecuali pasti dapat direkam dengan baik dalam ingatannya.
Kemudian dengan tekad yang bulat beliau pergi ke kampung orang-orang Baduwi Banu Hudzail untuk mempelajari bahasa Arab yang masih asli klasik dan fasih.
Di dusun inilah beliau tekun mempelajari berbagai ilmu antara lain adat istiadat Arab asli dan cara bermasyarakat meraka yang baik yang belum campur dengan adat istiadat bangsa lain. Sehingga setelah beberapa tahun di kampung Baduwi tersebut beliau menjadi pandai berbahasa Arab yang fasih dan tinggi.
Beliaupun menjadi mahir dalam mengarang dan menyusun sya'ir atau sajak dengan sastra yang fasih dan tinggi.
Mush'ab bin Abdillah Al Zubair berkata "Imam Syafi'i pada mulanya mempelajari Syair sastra Arab dan ilmu adab, selelah itu belajar ilmu Fiqih.
Beliau juga menceritakan perihal lmam Syafi'i ketika beralih mempelajari ilmu fiqih, bahwa : Pada suatu hari imam syafi'i berada di atas hewan tinggangannya diiribti oleh juru tulis ayahku, kemudian imam syafi'i membuat kalam matsal dengan bait-bait syair, makaoleh juru tulis ayahku ia di pukul dengan menggunakan cambuk sambil berkata :
Kalam matsalmu dengan bait-bait syair akan menghilangkan Muru'ahmu bagaimana bila kamu mempelajari ilmu Fiqih saja.
Bagai disambar petir beliau tersentak, seolah tersadar dari lamunannya, ucapan tersebut mendorong Imam Syafi'i untuk mempelajari ilmu Fiqih.
Al-kisah ketika beliau berusia 15 tahun telah menguasai berbagai macam ilmu antara lain ilmu Al Qur'an, Hadits. Fiqih, dan sastra, bahkan para sastrawan dari qobilah Bani Hudzail berguru dan mentashihkan syair syairnya kepada Imam Syafii. Namun sekalipun penguasaan ilmu syairnya telah sempurna beliau tidak tertarik menjadi seorang penyair, karena ia beranggapan bahwa ilmu tersebut kurang mendukung bagi dirinya dalam upaya mendalami Al-qur'an. Hal ini ia tegaskan dalam sebuah sya'ir:
"Wa law laa asy-syi'ru bi al-'ulamai yuzrii , lakuntu al-yauma asy'aro min labidin"
Artinya : "Andaikata sya'ir itu tidak membuat ulama menjadi rendah niscaya hari ini aku bisa lebih hebat dari pada Labid (seorang penyair ulung pada saat itu).
Imam Syafii menceritakan Aku berangan-angan tentang ilmu syair Arab kemudian aku naik ke bukit Mina, ketika telah sampai di puncak Mina, tiba-tiba aku mendengar hatif (suara lanpa rupa) di belakangku yang mengatakan "KAMU HARUS BELAJAR ILMU FIQIH"
Suatu saat guru berhalangan mengajar, maka serta merta imam Syafii berdiri di depan kelas memberikan keterangan pelajaran kepada teman-teman sekelasnya mengenai pelajaran yang pernah diajarkan oleh gurunya. Mereka kagum atas kecerdasan Imam Syafii, maka sejak itu ia dicintai dan disegani oleh teman-temannya.
Seandainya imam syafii dalam usaha mengajari teman-temannya mau memungut ongkos, niscaya lebih dan cukup untuk memenuhi kebutuhannya tetapi beliau menolak menerima upah tersebut, hal ini diungkapkan langsung oleh gurunya. Dalam usia 10 tahun lmam Syafi'i telah faham dan hafal kitab Al-Muwatho' karya Imam Malik bin Anas dalam tempo yang relatif singkat (hanya beberapa bulan) walaupun kitab tersebut dipinjamnya dari penduduk Makkah. dalam bimbingan Sufyan bin Uyainah guru dibidang Hadits di kala beliau di Makkah.
Imam Syafii belajar Fiqih di Makkah kepada Syekh Muslim bin Kholid Al Zinaji seorang Mufti Makkah pada saat itu. Muslim bin Kholid ini berguru kepada Muhammad bin Juraij dari Atho' bin Robbah dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhamad dari Jibril dari Allah SWT.
Dicentakan oleh Al Humaidi lmam Syafi'i berkata :
"Aku keluar untuk mencari ilmu Nahwu dan adab kemudiaan aku bertemu Imam Muslim bin Kholid beliau berkata "Hai anak muda dari mana asalmu?" Aku jawab "Dari Makkah" lalu beliau bertanya "di mana rumahmu?" aku jawab "di lereng gunung Khoif" aku ditanya lagi "dari Qobilah mana kamu berasal?" aku jawab Dari Abdul Manaf (Quraisy), lalu beliau mengatakan "Bagus, bagus". sesungguhnya Allah telah memulyakanmu di dunia dan akhirat, aku akan membimbingmu agar faham ilmu Fiqih, karena ilmu tersebut yang terbaik bagimu.
Dibawah asuhannya lmam Syaf'ii mendapatkan perkembangan yang pesat, sehingga dalam usia 15 tahun, beliau telah diizinkan untuk memberikan fatwa-fatwa hukum.
Oleh : Masyhudi syakur, Biografi Ulama' Pengarang Kitab Salaf, cet. april 2008 M, Penb. DARUL HIKMAH, Hlm 1-5
Al kisah, untuk melaksanakan keinginan tersebut, Imam Syafi'i menghadap wali (penguasa) kota Makkah dengan tujuan ingin mendapatkan surat pengantar (rekomendasi) yang ditujukan kepada wali Madinah dan lmam Malik bin Anas, sebagai penguat untuk memperlancar keinginannya setelah mendapat surat yang dimaksud sebanyak dua lembar dari wali Makkah, hati Imam Syafi'i sangat bahagia, beliau terburu-buru pulang ke rumahnya untuk mendapatkan ibunya. Sesampainya di rumah beliau dengan tergesa-gesa mengetuk pintu dengan keras dan rupanya hal itu membuat kemarahan ibundanya sambil berkata:
Siapa yang mengetok pintu? jawab beliau: Saya Syafii. Lalu ibundanya berkata dengan keras Kembalilah! jangan pulang dan belajarlah adat kesopanan, kemudian barulah kamu boleh pulang Dengan kata ibundanya yang sesingkat dan tajam ini, kontan beliau kembali dan beliau merasa sangat tertusuk hatinya.
maka disaat itulah beliau mengambil keputusan sendiri tidak akan pulang ke rumah kecuali telah cukup kesopanannya.
Pada hari itu juga beliau berkemas kemas berangkat ke Madinah di carinya unta yang pergi ke Madinah dan berkat pertolongan kepada Qofilah yang hendak ke Madinah beliau dapat berangkat bersama mereka. Selama perjalanan 8 hari beliau selalu tadarus membaca Al-quran dan khatam 16 kali, setiap sehari semalam khatam 2 kali. Beliau tiba di Madinah pada waktu Ashar hari ke 8 dan langsung sholat di masjid Nabawi setelah ziarah ke makam Rosulullah beliau menghadap kepada Wali Kota Madinah dengan membawa dan menyodorkan 2 surat pengantar dari Wali Kota Makkah dan memohon kepada Walikota Madinah untuk mengantarkan beliau kepada Imam Malik bin Anas, tetapi rupanya wali Madinah merasa keberatan setelah didesak akhirnya mau mengantarkannya.
Ia sungkan untuk mengantarkan Syafii karena Imam Malik adalah ulama besar yang sangat disegani dan memiliki kewibawaan yang cukup besar di kalangan masyarakat dan pemerintah Madinah. la berkata kepada Syafii "Wahai anak muda! Demi Allah seandainya aku diminta untuk berjalan kaki dari Madinah ke Makkah sungguh lebih ringan bagiku dari pada harus menghadap tuan imam malik tapi setelah di desak ahirnya mau juga beliau menghantarkannya.
Setelah sampai di rumah Imam Malik bin Anas, beliau berdua di temui seorang pembantu Imam Malik lalu dikatakan "Sampaikan salamku kepada beliau dan katakan bahwa kami wali Madinah datang mau menghadap". Setelah pesan itu disampaikan kepada Imam Malik, beliau menjawab katakan kepada wali Madinah bahwa sekiranya ada keperluan cukup ditulis pada kertas. Wali Madinah menimpali Tolong katakan kepada tuan lmam Malik bahwa kami datang untuk menyampaikan surat penting dari wali Makkah khusus untuk Imam Malik, maka pembantu itu masuk kembali dengan membawa surat tersebut.
Setelah dibaca oleh Imam Malik dan isinya ternyata menjelaskan keinginan Syafii yang berkaitan dengan persoalan agama, bukan urusan keduniaan semata, sebagaimana dugaan semula, maka keluarlah Imam Malik menemui tamunya lalu berkata dengan nada sinis dan kecewa "Subhanallah! apa jadinya kalau ilmu Rosulullah diambil dengan melalui perantaraan segala", setelah Imam Syafi'i memahami ucapan itu beliau minta ma'af lalu menyampaikan keinginannya untuk berguru kepada lmam Malik bin Anas akhirnya beliau bersedia menerima lmam Syafi'i sebagai murid. Selanjutnya Imam Syafi'i mulai menerima pelajaran hadits. Sang guru membacakan kitab Al Muwatho' dan Imam Syafi'i mendengarkannya dengan khusu', setelah agak lama pelajaran berjalan, dengan sopan lmam Syafi berkata Ma'af tuan guru, agar tuan guru tidak payah barang kali saya akan meneruskan bacaan tuan guru, sebab InsyaAllah saya sudah menghafalkan semuanya. Cukup bangga Imam Malik mendengarkan ucapan muridnya itu dan beliau simak dengan seksama setoran hafalan hadits dari Syafi'i.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap musim haji, mereka berziarah ke Madinah untuk melakukan sholat "Arba'in di masjid Nabawi sekaligus mengikuti pengajian kitab Al Muwatho' yang diasuh lmam Malik, maka sejak kehadiran Imam Syafi'i berguru di masjid Nabawi itu, beliau sering disuruh menjadi badal (asisten) lmam Malik dalam mengajarkan Al Muwatho' kepada para jamaah melalui media ini nama Imam Syafii mulai dikenal oleh kalangan luas dan inilah yang mendorong beliau untuk mengadakan perlawatan ke Mesir, Bagdad, Yaman dan negara negara lain di kemudian hari di awal Imam Syafi"i diterima menjadi murid, Imam Malik berkata kepadanya "Taqwalah kamu kepada Allah, jauhi kemaksiatan, karena dirimu akan memiliki sesuatu yang sangat besar".
Dalam riwayat lain Imam Malik berkata "Allah telah menjatuhkan cahaya dihatimu maka jangan kamu padamkan cahaya itu dengan kemaksiatan" Imam Syafi'i saat berguru pada Imam Malik usianya baru 13 tahun
Bersambung....
Nasab dan Keluarganya
Imam Syafi'i lahir dari keluarga yang bernasab sangat mulia baik dari ayah atau ibunya. Silisilah dari arah ayahnya ialah : Al Imam Abi Muhamad bin ldris bin Al Abas bin utsman, bin Syafi'i bin Sa'ib bin Abdullah bin Abdul Yazid bin hasyim bin Al Muthallib bin Abdul Manaf bin Quroshoyyi Al Qurosyiyi Al Mutholiby AI Syafii AI Hijaziyi Al Makiyyi.Sedangkan Silsilah dari arah ibunya ialah: Muhamad bin Fatimah binti Abdillah bin Al Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Tholib. Nasabnya muttasil dengan nasab Nabi Muhammad SAW. pada kakeknya yang bernama abdul manaf. Nasab Imam Syafii dengan golongan para sahabat Nabi baik dari ayah atau ibunya hanya tiga tingkat.
Dari arah ayahnya Imam syafii Masih keturunan Bani Mutholib, Dari arah ibunya masih keturunan Bani hasyim bila khusus dari ibunya, imam Syafii keturunan dari Bani Azzah.
Beliau menggunakan nama Assyafi'i (nama kakeknya) untuk dirinya tidak menggunakan nama ayahnya atau dirinya karena nama Syafii Adalah nama di yang termulia dan paling populer dalam deretan silsilahnya.
Menurut sebuah riwayat Tatkala ibunda Imam Syafi'i mengandung, dia bermimpi, Pada suatu malam seakan-akan melihat bintang musytara keluar dari perutnya lalu melambung Ke udara sangat tinggi sekali, kemudian beberapa Bagian dari bintang itu Jatuh kembali meninpa suatu negeri lalu menyinarinya.
Di pagi harinya bersegeralah ia memberitahukan impiannya dan menanyakan arti impiannya ditunjukan kepada ahli ta'wil mimpi, Maka mereka memberitahukan kepadanya bahwa ia akan melahirkan anak laki-laki yang ilmu pengetahuannya memenuhi penjuru dunia.
Imam Syafii melepaskan masa lajangnya dengan mempersunting dara ayu dari negeri Yaman saat diminta oleh wali Yaman menjadi Qodli pada usia 29 tahun. Dara ayu yang dipersunting imam Syafii bernama Sayidan Hamidah binti nafi' bin Abasah bin Amrin bin Utsman bin Affan. Dari perkawinan itu dikaruniai 4 orang anak, dua laki-laki, dua perempuan.
Putra sulungnya bernarna Abu Utsman Muhamad bin Muhamad bin ldris yang dalam sejarah hidupnya pernah menjadi Qodli di kota Halbi tempat Imam Ibnu Malik pengarang nadzom Al fiyah belajar. Adiknya bernama Al Hasan bin Muhammad bin Idris wafat sewaktu masih kecil dan dua putri beliau bernama Fatimah dan Zainab.
Tahun dan tempat Kelahiran Imam Syafii
Imam Syafii dilahirkan dalam keadaan yatim pada bulan Rojab 150 H. (767 M), bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah di Baghdad yang lahir tahun 80 H. (menurut sumber lain 83 H). Dalam riwayat lain menerangkan bahwa ketika itu pula family imam syafii telah mengadakan perhitungan, bahwabhari wafatnya Imam Abu hanifah adalah berteparan dengan hari kelahiran Imam Syafii. Tidak lama kemudian dikabarkan pula bahwa Imam ibnu juraij al-makky (Seorang alim besar di kota mekkah yang di kenal sebagi imam ahli hijaz) telah wafat oada saat itu juga. Para ahli meramalkan bahwa Imam syafii akan menggantikan kedua ulama' besar tersebut dalam hal keahlian dan kemahirannya di bidang ilmu pengetahuan setelah wafatnya kedua ulama' besar tersebut.Beliau lahir di Kota Ghazzah (Gaza) wilayah Asqolan yang terletak dekat lautan putih (laut mati) sebelah tengah Palestina ( Syam) ada yang berpendapat beliau lahir di asqalan tempat kelahiran Ibnu Hajar al-asqalani Pengarang kitab bulughul marom. Yang berpendapat di kota mina l, tatapi yang mu'tamad (dapat dijadikan pedoman) pendapat pertama sedangkan dua pendapat lainnya adalah dlo'if
kota ghazzah atau gaza sebenarnya bukanlah tempat kediaman kedua orang tuanya karena kedua orang tuanya asli berdomisili di Kota Mekah tepatnya di daerah hijaz. sehubungan dengan acara kunjungan kepada family yang ada di Kota Gaza dan bersamaan itu pula Ayahandanya wafat dan dimakamkan di sana juga, sedangkan Imam Syafi'i saat itu masih dalam kandungan ibunya.
Pendidikan yang ditempuh Imam Syafi'i
sungguhpun beliau hidup dalam keadaan yatim dan miskin namun berkat dorongan ibunya tercinta dan modal kecerdasan yang sangat mengagungkan maka mulailah Ia belajar al-quran kepada guru besar Imam Ismail bin qosthonthin di makkah dalam usia 7 tahun. Dan pada usia 9 tahun beliau sudah dapat menghafalkan 30 juz di luar kepala.sejak beliau masih kecil suka mendengarkan keterangan para ulama dan mencatatnya di tulang-belulang, kulit atau sobekan kertas yang tidak dipakai sehingga tulisan tersebut memenuhi bilik kamarnya kemudian dihafalkan nya sampai tuntas di luar kepala dengan lancar.
hal itu dilakukan Imam Syafi'i karena keterbatasan uang untuk membeli alat tulis menulis. Meskipun demikian semangatnya dalam menuntut ilmu tidak pernah surut dan justru merupakan kebahagiaan tersendiri baginya.
Hal ini beliau utarakan dalam sebuah maqolah " Ma aflakha fi al-'ilmi illa man tholabahu fi al-qillah" yang artinya "tiada kebahagiaan sama sekali dalam menuntut ilmu Kecuali mereka yang ketika belajar dalam kondisi serba kekurangan.
Berkat hasrat (himmah) nya yang luar biasa dalam mencari ilmu serta rasa percaya diri disertai sikap tawakkal kepada Allah telah membentuk Imam Syafii menjadi pengahafal yang luar biasa. Tidak satupun permasalahan yang didengar kecuali pasti dapat direkam dengan baik dalam ingatannya.
Kemudian dengan tekad yang bulat beliau pergi ke kampung orang-orang Baduwi Banu Hudzail untuk mempelajari bahasa Arab yang masih asli klasik dan fasih.
Di dusun inilah beliau tekun mempelajari berbagai ilmu antara lain adat istiadat Arab asli dan cara bermasyarakat meraka yang baik yang belum campur dengan adat istiadat bangsa lain. Sehingga setelah beberapa tahun di kampung Baduwi tersebut beliau menjadi pandai berbahasa Arab yang fasih dan tinggi.
Beliaupun menjadi mahir dalam mengarang dan menyusun sya'ir atau sajak dengan sastra yang fasih dan tinggi.
Mush'ab bin Abdillah Al Zubair berkata "Imam Syafi'i pada mulanya mempelajari Syair sastra Arab dan ilmu adab, selelah itu belajar ilmu Fiqih.
Beliau juga menceritakan perihal lmam Syafi'i ketika beralih mempelajari ilmu fiqih, bahwa : Pada suatu hari imam syafi'i berada di atas hewan tinggangannya diiribti oleh juru tulis ayahku, kemudian imam syafi'i membuat kalam matsal dengan bait-bait syair, makaoleh juru tulis ayahku ia di pukul dengan menggunakan cambuk sambil berkata :
Kalam matsalmu dengan bait-bait syair akan menghilangkan Muru'ahmu bagaimana bila kamu mempelajari ilmu Fiqih saja.
Bagai disambar petir beliau tersentak, seolah tersadar dari lamunannya, ucapan tersebut mendorong Imam Syafi'i untuk mempelajari ilmu Fiqih.
Al-kisah ketika beliau berusia 15 tahun telah menguasai berbagai macam ilmu antara lain ilmu Al Qur'an, Hadits. Fiqih, dan sastra, bahkan para sastrawan dari qobilah Bani Hudzail berguru dan mentashihkan syair syairnya kepada Imam Syafii. Namun sekalipun penguasaan ilmu syairnya telah sempurna beliau tidak tertarik menjadi seorang penyair, karena ia beranggapan bahwa ilmu tersebut kurang mendukung bagi dirinya dalam upaya mendalami Al-qur'an. Hal ini ia tegaskan dalam sebuah sya'ir:
"Wa law laa asy-syi'ru bi al-'ulamai yuzrii , lakuntu al-yauma asy'aro min labidin"
Artinya : "Andaikata sya'ir itu tidak membuat ulama menjadi rendah niscaya hari ini aku bisa lebih hebat dari pada Labid (seorang penyair ulung pada saat itu).
Imam Syafii menceritakan Aku berangan-angan tentang ilmu syair Arab kemudian aku naik ke bukit Mina, ketika telah sampai di puncak Mina, tiba-tiba aku mendengar hatif (suara lanpa rupa) di belakangku yang mengatakan "KAMU HARUS BELAJAR ILMU FIQIH"
Pengembaraan Menuntut Ilmu
Adalah merupakan suatu keajaiban bagi Imam Syafii yang masa kecilnya telah yatim, dan miskin saatnya telah tiba untuk bersekolah dengan landasan semangat yang menggelora untuk mengais ilmu, oleh keluarganya syafii diantarkan ke sebuah sekolah madrasah, namun diawal masa pendidikan sebagai siswa baru ia kurang mendapat perhatian dari guru yang hal itu dikarenakan beliau anak orang miskin. Sekalipun mendapat perlakuan yang kurang adil dari gurunya, ia tetap sabar dan tekun mengikuti pelajaran yang disampaikan serta berusaha menghafal semua yang ia dengar, begitu guru selesai mengajarkan dan keluar kelas, beliau telah lebih dulu berhasil menangkap pelajarannya dari pada murid murid yang lain.Suatu saat guru berhalangan mengajar, maka serta merta imam Syafii berdiri di depan kelas memberikan keterangan pelajaran kepada teman-teman sekelasnya mengenai pelajaran yang pernah diajarkan oleh gurunya. Mereka kagum atas kecerdasan Imam Syafii, maka sejak itu ia dicintai dan disegani oleh teman-temannya.
Seandainya imam syafii dalam usaha mengajari teman-temannya mau memungut ongkos, niscaya lebih dan cukup untuk memenuhi kebutuhannya tetapi beliau menolak menerima upah tersebut, hal ini diungkapkan langsung oleh gurunya. Dalam usia 10 tahun lmam Syafi'i telah faham dan hafal kitab Al-Muwatho' karya Imam Malik bin Anas dalam tempo yang relatif singkat (hanya beberapa bulan) walaupun kitab tersebut dipinjamnya dari penduduk Makkah. dalam bimbingan Sufyan bin Uyainah guru dibidang Hadits di kala beliau di Makkah.
Imam Syafii belajar Fiqih di Makkah kepada Syekh Muslim bin Kholid Al Zinaji seorang Mufti Makkah pada saat itu. Muslim bin Kholid ini berguru kepada Muhammad bin Juraij dari Atho' bin Robbah dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhamad dari Jibril dari Allah SWT.
Dicentakan oleh Al Humaidi lmam Syafi'i berkata :
"Aku keluar untuk mencari ilmu Nahwu dan adab kemudiaan aku bertemu Imam Muslim bin Kholid beliau berkata "Hai anak muda dari mana asalmu?" Aku jawab "Dari Makkah" lalu beliau bertanya "di mana rumahmu?" aku jawab "di lereng gunung Khoif" aku ditanya lagi "dari Qobilah mana kamu berasal?" aku jawab Dari Abdul Manaf (Quraisy), lalu beliau mengatakan "Bagus, bagus". sesungguhnya Allah telah memulyakanmu di dunia dan akhirat, aku akan membimbingmu agar faham ilmu Fiqih, karena ilmu tersebut yang terbaik bagimu.
Dibawah asuhannya lmam Syaf'ii mendapatkan perkembangan yang pesat, sehingga dalam usia 15 tahun, beliau telah diizinkan untuk memberikan fatwa-fatwa hukum.
Oleh : Masyhudi syakur, Biografi Ulama' Pengarang Kitab Salaf, cet. april 2008 M, Penb. DARUL HIKMAH, Hlm 1-5
SAAT IMAM SYAFI'I BERGURU KEPADA IMAM MALIKBIN ANASDI MADINAH
Setelah dirasa cukup belajar di Makkah dan setelah menguasai beberapa ilmu termasuk hafal kitab Hadits Al-Muwatho' karya Imam Malik bin Anas, Imam Syafii dianjurkan oleh Syekh Muslim bin Kholid untuk belajar kepada Imam Malik bin Anas di Madinah.Al kisah, untuk melaksanakan keinginan tersebut, Imam Syafi'i menghadap wali (penguasa) kota Makkah dengan tujuan ingin mendapatkan surat pengantar (rekomendasi) yang ditujukan kepada wali Madinah dan lmam Malik bin Anas, sebagai penguat untuk memperlancar keinginannya setelah mendapat surat yang dimaksud sebanyak dua lembar dari wali Makkah, hati Imam Syafi'i sangat bahagia, beliau terburu-buru pulang ke rumahnya untuk mendapatkan ibunya. Sesampainya di rumah beliau dengan tergesa-gesa mengetuk pintu dengan keras dan rupanya hal itu membuat kemarahan ibundanya sambil berkata:
Siapa yang mengetok pintu? jawab beliau: Saya Syafii. Lalu ibundanya berkata dengan keras Kembalilah! jangan pulang dan belajarlah adat kesopanan, kemudian barulah kamu boleh pulang Dengan kata ibundanya yang sesingkat dan tajam ini, kontan beliau kembali dan beliau merasa sangat tertusuk hatinya.
maka disaat itulah beliau mengambil keputusan sendiri tidak akan pulang ke rumah kecuali telah cukup kesopanannya.
Pada hari itu juga beliau berkemas kemas berangkat ke Madinah di carinya unta yang pergi ke Madinah dan berkat pertolongan kepada Qofilah yang hendak ke Madinah beliau dapat berangkat bersama mereka. Selama perjalanan 8 hari beliau selalu tadarus membaca Al-quran dan khatam 16 kali, setiap sehari semalam khatam 2 kali. Beliau tiba di Madinah pada waktu Ashar hari ke 8 dan langsung sholat di masjid Nabawi setelah ziarah ke makam Rosulullah beliau menghadap kepada Wali Kota Madinah dengan membawa dan menyodorkan 2 surat pengantar dari Wali Kota Makkah dan memohon kepada Walikota Madinah untuk mengantarkan beliau kepada Imam Malik bin Anas, tetapi rupanya wali Madinah merasa keberatan setelah didesak akhirnya mau mengantarkannya.
Ia sungkan untuk mengantarkan Syafii karena Imam Malik adalah ulama besar yang sangat disegani dan memiliki kewibawaan yang cukup besar di kalangan masyarakat dan pemerintah Madinah. la berkata kepada Syafii "Wahai anak muda! Demi Allah seandainya aku diminta untuk berjalan kaki dari Madinah ke Makkah sungguh lebih ringan bagiku dari pada harus menghadap tuan imam malik tapi setelah di desak ahirnya mau juga beliau menghantarkannya.
Setelah sampai di rumah Imam Malik bin Anas, beliau berdua di temui seorang pembantu Imam Malik lalu dikatakan "Sampaikan salamku kepada beliau dan katakan bahwa kami wali Madinah datang mau menghadap". Setelah pesan itu disampaikan kepada Imam Malik, beliau menjawab katakan kepada wali Madinah bahwa sekiranya ada keperluan cukup ditulis pada kertas. Wali Madinah menimpali Tolong katakan kepada tuan lmam Malik bahwa kami datang untuk menyampaikan surat penting dari wali Makkah khusus untuk Imam Malik, maka pembantu itu masuk kembali dengan membawa surat tersebut.
Setelah dibaca oleh Imam Malik dan isinya ternyata menjelaskan keinginan Syafii yang berkaitan dengan persoalan agama, bukan urusan keduniaan semata, sebagaimana dugaan semula, maka keluarlah Imam Malik menemui tamunya lalu berkata dengan nada sinis dan kecewa "Subhanallah! apa jadinya kalau ilmu Rosulullah diambil dengan melalui perantaraan segala", setelah Imam Syafi'i memahami ucapan itu beliau minta ma'af lalu menyampaikan keinginannya untuk berguru kepada lmam Malik bin Anas akhirnya beliau bersedia menerima lmam Syafi'i sebagai murid. Selanjutnya Imam Syafi'i mulai menerima pelajaran hadits. Sang guru membacakan kitab Al Muwatho' dan Imam Syafi'i mendengarkannya dengan khusu', setelah agak lama pelajaran berjalan, dengan sopan lmam Syafi berkata Ma'af tuan guru, agar tuan guru tidak payah barang kali saya akan meneruskan bacaan tuan guru, sebab InsyaAllah saya sudah menghafalkan semuanya. Cukup bangga Imam Malik mendengarkan ucapan muridnya itu dan beliau simak dengan seksama setoran hafalan hadits dari Syafi'i.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap musim haji, mereka berziarah ke Madinah untuk melakukan sholat "Arba'in di masjid Nabawi sekaligus mengikuti pengajian kitab Al Muwatho' yang diasuh lmam Malik, maka sejak kehadiran Imam Syafi'i berguru di masjid Nabawi itu, beliau sering disuruh menjadi badal (asisten) lmam Malik dalam mengajarkan Al Muwatho' kepada para jamaah melalui media ini nama Imam Syafii mulai dikenal oleh kalangan luas dan inilah yang mendorong beliau untuk mengadakan perlawatan ke Mesir, Bagdad, Yaman dan negara negara lain di kemudian hari di awal Imam Syafi"i diterima menjadi murid, Imam Malik berkata kepadanya "Taqwalah kamu kepada Allah, jauhi kemaksiatan, karena dirimu akan memiliki sesuatu yang sangat besar".
Dalam riwayat lain Imam Malik berkata "Allah telah menjatuhkan cahaya dihatimu maka jangan kamu padamkan cahaya itu dengan kemaksiatan" Imam Syafi'i saat berguru pada Imam Malik usianya baru 13 tahun
Bersambung....
0 Response to "Biografi imam syafi'i lengkap"
Post a Comment
Monggo Di Komentari